AWAL BERJUMPA DENGAN LUTHFIYYAH, SHOFIYYAH, DAN NIN-CHAN

30 Nov 2011

4 komentar
Selasa, 29 November 2011

Di sini aku mengenal mereka...

Awal berjumpa dengan Lutfiyyah
Naik ke bangku SMP kelas 1, aku berada di kelas VII.3, kelas baru dan daerah baru bagiku waktu itu. Di kelas ini banyak yang tidak menyukaiku karena katanya aku ‘anak emas’ si wali kelas. Padahal perasaan aku melakukan hal yang biasa saja seperti di SD. Tapi,

KUMPULAN KATA-KATA BUATKU DAN SAUDARI-SAUDARI FILLAH YANG JENUH DENGAN AMANAH-AMANAHNYA

0 komentar


Jum’at, 25 November 2011
Saudariku...
Aku jenuh dengan amanah-amanahku
Kau pun mungkin begitu

Aku lelah...
Dengan semua rutinitas da’wah ini
Menguras energiku yang harusnya bisa kusimpan untuk kuliah besok
Menguras danaku yang harusnya bisa kupakai untuk membeli keinginan-keinginanku
Menguras waktuku yang harusnya bisa kupakai ini dan itu

Aku bosan...

RUMAISHA, SI MUNGIL YANG PENYABAR, MUROBBIYAHKU BAGIAN I

10 Nov 2011

2 komentar


Senin, 16 Agustus-8 November 2011
Hari pertama aku pergi tarbiyah, di sebuah rumah, cukup dekat dari sekolah. Jalan kaki saja, begitulah adanya. Hari itu aku pergi bersama teman-teman sekelas.

Pertama melihatnya, aku tidak kaget atau apa pun namanya ketika melihat jilbabnya yang di atas lutut. Rasanya tidak asing meski aku tidak ingat apakah aku pernah melihat perempuan yang berjilbab sepanjang itu.

Ia menyambut kami dengan hangat, dengan senyumannya yang khas. Senang sekali. Akhirnya cita-citaku selama ini terkabul (aku ingin belajar Islam secara intensif tapi tidak tahu tempatnya di mana), Maha Besar Allah dengan segala keagungan-Nya.

Dengan suasana yang sangat baru aku duduk di dalam majelis mendengarkan setiap kata yang terlontar dari mulutnya. Sebelumnya, dimulai dengan membaca al-Qur’an secara bergantian. Hehehe, bacaanku sangat jelek, terbata-bata, tanpa tajwid, penyebutannya pun kocar-kacir (nah, di sinilah aku mulai belajar membaca dengan tartil). Aku membawa al-Quran milik omku, berwarna merah, tanpa terjemahan. Panjangnya sekitar 20x15 cm, dengan sabar ia membenarkan bacaan Qur’anku. Jujur, aku sama sekali tidak malu dengan bacaan Qur’anku, malah aku termotivasi untuk terus belajar. Apalagi mendengar bacaan teman-teman lain yang cukup lancar, lebih termotivasi lagi.

Hari-hari terus berlanjut. Di dalam majelis kami ada

AKU CINTA KAMU MAMA, BAGIAN III

0 komentar
Senin, 20 Juni 2011
Mama adalah orang yang sangat tegar dan selalu melindungi anak-anaknya. Kali ini aku hanya ingin menceritakan masa di mana aku kuliah. Karena bingung harus cerita apa tentang SMP dan SMA-ku, aku tidak bersama beliau di masa-masa itu.

Setelah aku sampai di rumah dengan jilbab panjangku, mama agak meledek. Mungkin agak kaget melihat jilbabku yang panjang. Maka aku pun tersenyum.

Pernah suatu hari…
Di pernikahan tanteku, sepupu mama, mama membuatkan gamis kuning yang manis ditambah dengan menyediakan sebuah kerudung menutupi dada. Tapi…, kukatakan bahwa kerudung itu panjangnya seperti khimarku, tidak bisa kupakai di luar. Meski begitu aku sudah menyiapkan jilbab yang cocok dengan gamis yang dibuat mama. Maka hari itu aku tetap memakai jilbab Syar’iku tanpa membuat mama terlalu kecewa.

Aku senang, karena mama sudah mengerti bahwa aku tidak akan mau tampil di depan laki-laki nonmahramku dengan pakaian seadanya. Harus berjilbab syar’i.

Suatu hari…
Aku sedang cuci piring di dekat pintu belakang dengan hanya memakai pakaian sehari-hariku di rumah, baju lengan panjang, rok panjang, dan khimar. Wah, tiba-tiba ada suami tetanggaku datang. Aku kaget bukan main karena laki-laki itu akan masuk ke rumah. Aku spontan ke belakang pintu rumah yang gelap. Lama sekali berdiri di situ dan tidak ada yang menyadari bahwa aku ‘hilang’.

AKU CINTA KAMU MAMA, BAGIAN II

0 komentar
Senin, 20-24 Juni 2011
Aku telah memperkenalkan mamaku di bagian pertama. Sekarang, ingin kuceritakan betapa bangga aku memilikinya....

Suatu hari, mama tahu bahwa ia hamil lagi, hamil anaknya yang kedua. Di masa kehamilan itu, mama tidak suka makan daging. Untuk membaca kata “daging” saja mama mual. Kasihan, menderita sekali.

Ketika kehamilannya cukup sembilan bulan, mama pun sudah siap melahirkan anak keduanya itu tanpa suami di sisinya. Saat itu mama berada di rumah orang tuanya, bapak berada di Ujung Pandang bekerja. Malam gelap, hujan turun, mama kesakitan. Dipanggillah orang yang biasa membantu kelahiran.

Malam begitu mencekam. Datanglah pertengahan malam, anaknya belum lahir juga. Tiba-tiba... mati lampu!
Terpaksa pakai lilin.

Aku bertanya pada mama apakah masih mati lampu saat aku dilahirkan, mama bilang begini...

MAMAKU HEBAT, BAGIAN I

0 komentar
Senin, 20-24 Juni 2011
Kuperkenalkan dulu mamaku. Mama asli Bugis. Asli keturunan Sulawesi Selatan. Mamaku adalah anak kedua dari lima orang bersaudara. Mama anak perempuan satu-satunya di antara saudara-saudaranya.

Sewaktu mama masih belia, mama hobi menulis. Mama senang menulis puisi dan mengarang cerpen. Beberapa karangannya bahkan ada yang diterbitkan di media cetak, hebat, yah?
Mama menikah saat umurnya 16 tahun, muda banget yah? Makanya, mama sekarang tampak awet muda dengan empat anak, yang tertua sudah susun skripsi, anak kedua sudah semester tiga, anak ketiga baru saja lulu SMP, dan anak keempat sudah hampir naik ke kelas dua SMP. Ingin seperti mama, tapi umurku sudah 19 tahun, hehehe....

Mama menikah dengan seorang pemuda yang umurnya 23

SETELAH KESULITAN ADA KEMUDAHAN!!! YAKINLAH...

0 komentar

Senin, 16 Agustus 2011
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Alam Nasyrah: 5-6)
Apakah Anda pernah menangis karena dihimpit masalah terlalu besar pada masa lalu? Lalu Anda pun tersedu-sedu karena merasa tak kuat menahan beban? Ya, mungkin Anda