Rinai

15 Feb 2017

0 komentar

Bait-bait puisi di antara rinai hujan sore ini
Maka biarlah pelangi menghilang, asal bukan keistiqomahan
Betapa banyak hal yang harus kita korbankan untuk hijrah
Air mata, rasa takut, harta, tenaga, dan lainnya
Jangan sampai hanya karena nila setetes, rusak susu sebelanga
Sungguh hijrah kita terlalu mahal untuk ditukar dengan kesia-siaan
Saling mendoakan untuk tetap istiqomah

Sungguh istiqomah itu sangat berat
Bahkan dia yang mengajakmu istiqomah pun bisa terjatuh...

-Khanza Asy-Syifaa'-

Masih Tentang Anak Kecil

9 Feb 2017

0 komentar

Masih tentang seorang anak kecil yang kutemui lima tahun yang lalu
Yang datang dengan malu-malu
Yang tidak kukenali siapa dan dari mana dia
Duduk di depanku sambil menunduk-nunduk entah apa yan sedang ia pikirkan
Anak kecil kesayangan yang lebih banyak terdiam

Ia tersenyum
Aku pun tersenyum

Ah, momen pertama bertemu dengannya
Terkenang-kenang dengan sangat manis hingga kini
Hingga ia menjadi seorang yang istiqomah
Dan semoga kami kembali bertemu di jannah-Nya

Tentang Anak Kecil di Beranda

7 Feb 2017

0 komentar


Di penghujung magrib yang tersenyum

Entah memilinkan kata seperti apa
Tentang anak kecil di beranda
Tentang ia yang selalu memandang dengan wajah memerah
Dengan ia yang tersipu-sipu malu kala menatapku

Ini tentang anak kecil di beranda
Yang selalu mencuri pandang kala tak sengaja kerlingan bersua
Yang menundukkan pandangan tak hendak menyapa

Dua Liter Minyak Goreng

6 Feb 2017

0 komentar


5.20 am, ketika fajar berkedip-kedip...


Bagaimana lagi kita tidak bersyukur atas nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan? Makan setiap hari, tidur nyenyak, rasa aman. Namun, dunia yang terus memburu dan hawa nafsu yang tak bisa tunduk begitu sering meluluhlantakkan kesyukuran kita pada-Nya

Sebuah berita tentang seorang bapak yang tersudut menangis sejadi-jadinya karena dihajar massa sebab mencuri dua liter minyak goreng, telah menyesakkan dadaku.

Lihatlah? Betapa menyedihkan diri-diri kita ini, yang terkadang begitu penuh keluhan pada hal-hal sepele yang sebenarnya tak perlu dikeluhkan. Tentang sepatu yang sudah lama tak diganti. Tentang baju yang itu-itu saja. Tentang makanan yang tak berganti menu. Tentang ini dan itu yang tak habis-habisnya. Padahal di luar sana, banyak yang merindukan hidup seperti kita. Bahkan mungkin, setengah saja dari kenikmatan hidup yang kita jalani saat ini.

Yah, ini masih tentang pribadi kita. Namun melesat lebih jauh dari itu, di negeri yang kaya dengan sawit ini, bagaimana bisa masih ada seorang bapak yang memilih jalan untuk mencuri minyak goreng? Tidakkah ini hal yang mengherankan? Ketika orang-orang di luar negeri kita bisa menikmati kekayaan alam yang ada di Indonesia, patutkah seorang pribumi mencuri kekayaan yang ada di negerinya sendiri?

Sedih melihat negeri ini yang makin hari makin tidak karuan...


Pualam Tua

0 komentar
"Riuh musyker AN"

Entah bagaimana mengarahkan rasa?
Ah, makin membingungkan
Meresahkan
Entah harus berbuat apa
Apa sebenarnya yang terjadi

Ketika hati tertambat pada pualam tua
Dan dunia terasa lebih berbeda
Ada debaran yang tak mampu dicegah
Meski berat untuk sekedar menarik nafas yang lega

Ketika hati tertambat pada pualam tua
Dan jiwa bergejolak tak berarah
Maka pada siapa yang mampu mendengar dan mengerti rasa?
Ketika harapan bertolak dengan realita
Ketika pribadi tak mampu meyakinkan mereka

Bingung...
Bingung dengan cara mereka menerima
Sedangkan rasa-rasanya ini memang tak mudah
Namun siapa yang mampu mengerti rasa?
Ketika bergejolak membaca keinginannya?

RABBIY...
Jangan tinggalkan aku meski sekejap
Karena diri ini tak mampu berdiri tanpa kekuatan menahan keresahan di hati
Berikan titik terang
Dan buat aku ridho...