29 Maret 2013
Masih dalam suasana DINAMIS. Aku duduk bersama seorang kakak
sefakultasku. Ia tiba-tiba bertanya, “Bagaimana rihlah kemarin?”
“Masya ALLAH…,” jawabku senang.
“DILAMAR DENGAN SEGENGGAM PASIR,” kata kakak itu bersemangat
namun syahdu.
Langsung terlintas di kepalaku sebuah kenangan manis yang
baru-baru saja terjadi. Aku tersenyum, “Siapa yang bilang, Kak?”
Lalu kakak tadi menyebutkan salah seorang akhwat yang
terlibat dalam kenangan manisku ini. Aku kembali tersenyum….
Pada tanggal 25 Maret 2013, aku bersama beberapa orang
akhwat sedang rehat, seorang akhwat berceloteh, “Aku mau rihlah. Ayo kita rihlah Akhwat…?
Yang dekat-dekat saja yang penting kita pergi rihlah.”
Tanpa pikir panjang aku pun mengiyakan, “Baiklah, besok
pagi-pagi sekali kita pergi rihlah.
Dengan perencanaan singkat, kami memutuskan bersiap-siap
pergi rihlah ke salah satu tanjung di
daerah kami. Insya ALLAH akan menghilangkan jenuh dengan tadabbur alam.
Besok paginya…
Aku terhambat oleh suatu urusan penting yang membuatku
terlambat padahal akhwat sudah berkumpul semuanya. Singkat cerita kami tiba di
tanjung dan memilih tempat tersepi.
Setelah sarapan, akhwat turun ke laut bermain-main dengan
ombak. Setelah itu kami membuat paket ta’aruf di laut. Seru sekali! Semua
akhwat saling ta’aruf hal-hal yang perlu diketahui. Ta’arufnya di laut. Di antara
ombak yang menderu dengan lembut....
Setelah itu game
berikutnya adalah menebak tokoh shahabat dan shahabiyah untuk menambah tsaqofah
akhwat, tempatnya tetap di laut. Masya ALLAH, di tengah kuluman-kuluman ombak
yang lembut, kerang-kerang putih yang ikut bercanda dengan kami,
kepiting-kepiting kecil yang juga menonton dari kejauhan, dan setiap tumpukan
batu yang berjama’ah, kami penuh kegembiraan dan nuansa ukhuwah yang khas.
Masya ALLAH, terima kasih telah memberikan saudari-saudari yang baik hati ya,
ALLAH. Namun sayang, ada beberapa akhwat yang sangat kuharapkan hadir,
qadaruLLAH mereka tidak bisa datang.
Setelah seluruh game,
kami duduk di pinggir laut berhalaqah. Kami bermain-main pasir dan berbicara
tentang da’wah kampus. Dan akhirnya hal yang tidak pernah kurencanakan…, aku
melamar mereka menjadi bagian dari aktivis da’wah di kampus. Dan akhwat
menerimanya, alhamduliLLAH.
“Aku tidak bisa menjamin kalian dengan emas maupun permata,
juga jutaan rupiah. Namun semoga kita dipertemukan kembali di atas dipan-dipan
di JannahNYA....”
Dan mungkin seperti yang dikatakan akhwat tadi, mereka kulamar dengan segenggam pasir….
Semoga
bermanfaat, waLLAHU a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar