Suatu waktu di suatu hari, aku pertama kali memakai baju putih abu-abu, yah, itu kejadian empat tahun yang lalu, tahun 2007. Agak canggung memang, setelah memakai putih biru, kini rok berganti menjadi abu-abu. Di hari itu pulalah aku mengenal banyak kawan-kawan baru. Meski ada juga teman sekelas di SMP dulu sekelas denganku di kelas X.6.
Mungkin aku tidak punya target untuk menempati kelas yang luar biasa, bahkan kali ini aku berada di kelas yang jauh, seperti tadi kubilang, kelas X.6. Jikalau ini kelas yang terlampau biasa, maka…, teman-teman kelaskulah yang luar biasa.
Yah, kali ini aku hanya ingin menceritakan seorang saja dari mereka. Nama aslinya, tak ingin kusebutkan, tapi biasa kupanggil dia Andi Nin-chan atau cukup Nin-chan saja. Nama yang unik yang terus melekat padanya ketika aku memanggilnya. Ia tidak pernah merasa terganggu dengan panggilan itu. Sejarah panggilan namanya pun sangat istimewa….
Suatu hari, ketika aku masih menulis novelku (Sakura Musim Semi), aku tertarik dengan panggilan Toto-chan, sebuah judul buku yang menceritakan seorang anak mungil yang sering dipanggil dengan sebutan itu, Toto-chan. Mulailah aku melekatkan chan kepada nama-nama teman-temanku. Ikka-chan, Jesi-chan, Eka-chan, dan banyak lagi teman-teman yang menjadi korban chan-ku ini. Dan yang melekat hingga hari ini hanya pada Nin-chan saja….
Tak ingin panjang bercerita tentang hal itu…, jika kuteruskan, maka tidak tahu berapa lembar yang harus kuhabiskan.
Nin-chan, seorang siswi kelahiran 1994, lebih muda dua tahun dariku. Ia masuk SD saat umurnya 4 tahun, wah? Hebat bukan? Ia sangat cerdas menurutku, enerjik, dan sebagainya, dan sebagainya. Bahkan, mungkin ia lebih dewasa dariku….
Di kelas XI, aku pindah ke kelas XI IPA 1, begitu juga Nin-chan. Kami sama-sama senang dengan ilmu alam. Dan suatu hari di dalam kelas ia menghampiri bangkuku, berdiri di depanku, dan mengatakan sesuatu yang tidak pernah bisa kulupa kecuali ﷲ mencabut nikmat ingatan itu dariku.
“Syifaa’ (saat itu ia menyebut nama asliku, bukan nama hijrah ini), mau ikut tarbiyah tidak?”
“Tarbiyah? Apa itu?”