Untuk Rumah Da'wah yang Mulai Sepi

7 Mei 2017



Membiru...
Mengharu biru...

Dulu rumah itu menjadi tempat tinggal sehari-hari
Sedangkan bertandang ke rumah orang tua kadang hanya sekali sepekan atau bisa jadi sekali sebulan
Meski jarak rumah orang tua hanya satu jam perjalanan

Namun di sini...
Ada yang tidak kudapatkan di tempat lainnya
Kebahagiaan shalat berjama'ah
Ketenangan mendengarkan suara-suara qiro'ah
Pemandangan menarik halaqah-halaqah tarbiyah dan musyawarah

Meski...
Makan seadanya
Berbagi barang pribadi menjadi hal yang biasa
Atau kesalahpahaman antar penghuninya
Perbedaan pola pikir (yang memang fitrah manusia) menjadi pemicu-pemicu konflik perasaan
Menjadi cemilan di hari-harinya dan berjalan apa adanya

Masihkah rumah itu terindukan?
Ataukah malah tertinggalkan?

Jika suatu hari rumah itu akhirnya berdebu dan bersarang laba-laba
Tak ada lagi yang lalu lalang sana-sini untuk mengobrol tentang agama
Tak ada lagi yang duduk-duduk bercerita tentang cinta pada Allah
Tak ada lagi candaan-candaan pembangkit ukhuwah

Maka bertanyalah...
Dimana para aktivis da'wah itu?
Tak kah lagi ada yang sudi membentangkan seluruh perasaannya untuk sekedar tinggal di rumah itu?
Tak kah lagi ada yang sudi untuk menanggalkan keegoisannya untuk tetap bertahan?
Tak kah lagi ada yang sudi untuk sekedar menjadi penghuninya?

Jika saja boleh, ingin rasanya lagi tinggal di sana
Namun itu tidak mungkin, karena generasi telah berubah...

-Untuk rumah da'wah yang mulai sepi-

---------------

Mungkin perlu dihadirkan bunga-bunga segar dari bangsa mawar, anggrek, lili
Agar para pejuang kembali segar sepanjang hari
Kawan...
Mari berbenah...
Kamu adalah pejuang-pejuang intelek yang telah dewasa
Mari berpikir bijaksana
Mari bermuhasabah
Mari merajut ukhuwah

Mulailah...
Dengan menebar senyuman dan melantunkan AlQuran... ^^

0 komentar: