HANYA DENGAN MENGINGAT ALLAH, HATI MENJADI TENANG!

22 Jul 2011

Jum’at, 17 Juni 2011
Aku ingin mengawali tulisan ini dengan memuji ALLAH Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan aku kekuatan di saat-saat lemahku, yang telah memberi aku ketegaran di saat-saat aku tidak berdaya, yang telah memberi aku kasih-sayang ketika aku terpuruk, yang selalu ada di setiap kesepianku. MAHA SUCI ALLAH dengan seluruh nikmat-NYA.
“nikmat ALLAH yang manakah yang engkau dustakan?”
Aku juga ingin mengucapkan shalawat dan salam kepada kekasihku tercinta, RasuluLLAH Shallallahu 'Alayhi wa Sallam. Semoga rahmat dilimpakan baginya dan berada di tempat terbaik yang telah ALLAH Subhanahu wa Ta'ala janjikan baginya.
Bagitu pula kepada para ibu kaum beriman, istri-istri beliau Radhiallahu 'Anha yang telah mendampingi pujaan hatinya dan memberi jasa besar atas tegaknya Islam ini.
Begitu pula kepada para shahabat Radhiallahu 'Anh dan kepada shahabiyah Radhiallahu 'Anh serta para tabi’in dan tabiuttabi’in. Semoga ALLAH senantiasa merahmati mereka dan menempatkan mereka di tempat yang mulia di sisi-NYA.
Juga kepada kaum Mu’minin dan Mu’minat, kaum Muslimin dan Muslimat. Semoga ALLAH senantiasa merahmati kita semua dengan rahmat dan karunia-NYA dan menempatkan kita di surganya.
Amiin, ya Mujibas Sa’ilin...
Hari ini hari raya kita kaum Muslimin dan Muslimat. Semoga do’a-do’a kita diterima dan semoga semua amal ibadah kita pada hari Jum’at yang suci ini diterima.
Oh, ya, sudahkah Akhi dan Ukhti memotong kuku? Hmm, sepertinya amat janggal jika hari Jum’at ada seorang Muslim yang telah mengetahui disunnahkannya memotong kuku pada hari Jum’at masih memiliki kuku yang panjang yah?
Itu tadi, sekedar muqaddimah saja. Kali ini ingin kuceritakan pada pembaca yang kuhargai tentang suatu hal yang terjadi dua hari kemarin.
Hari itu, aku sedang ditimpa masalah yang amat berat. Yang seakan-akan aku tak mampu menanggungnya sendiri (tapi itu tidak mungkin, aku terlalu berlebihan). Berhari-hari aku murung. Bingung,
bagaimana menyelesaikan masalah ini.
Sepulang kuliah, aku ingin langsung pulang ke rumah, tapi langkahku berhenti di depan mesjid kampus. Berpikir. Harus melakukan apa? Kuputuskan masuk ke mesjid.
Saat itu masih ada sejam lebih baru ashar tiba. Padahal sampai ke rumah minimal hanya setengah jam sudah sampai, bisa shalat ashar di rumah. Tapi, rasanya malas. Lebih baik aku di mesjid saja untuk sementara waktu.
Langsung kulepas sepatuku dan kutaruh di rak sepatu yang telah disediakan. Tidak seperti biasanya, rak sepatu tidak penuh, hanya ada beberapa pasang sepatu di sana (sepatu wanita tentunya, karena memang untuk ke dalam mesjid ada jalan khusus untuk wanita). Dengan malas, kulangkahkan kakiku menapaki satu demi satu anak tangga. Ketika di lantai dua aku menutup wajah dengan jilbabku, takut merusak konsentrasi laki-laki yang berada di dalam mesjid meski tempat mereka sangat jauh dari tangga (lantai dua khusus untuk laki-laki). Sampai di lantai tiga aku menurunkan tanganku dengan sangat malas. Aku tahu, wajahku saat itu sangat tidak enak dilihat pastinya.
Kemudian di dalam mesjid yang sepi itu (beberapa mahasiswi ada yang sedang tidur, ada yang mengerjakan tugas, atau sekedar mengobrol menunggu dosennya masuk kelas) aku berjalan sampai di depan perpustakan kecil milik organisasi da’wah yang aku bagian darinya di samping lemari kaca tempat mukenah warna-warni bergantungan. Isinya buku-buku islami, beberapa buku akademik, dan pembungkus kado (hmm, pengurus kok menyimpan pembungkus kado di dalam perpustakaan sih?). Kutaruh tasku yang berat di dekatku lalu terduduk. Kulihat tulisan di daun lemari perpustakaan itu, “Afwan ukhti, kalau mau ambil buku tolong hubungi nomor pengurus yang ada di bawah ini...” dan di daun satunya ada papan kecil 20 x 15 cm bertuliskan “CLOSE”. Aku pengurus, jadi tidak mengapa mengambil buku di dalamnya. Judul bukunya menarik. Kubaca sambil bersandar di lemari. Kurasa, patut aku menghormati pengurus yang sedang piket, jadi ku-sms beliau, “Afwan, ukhti, ana mau baca bukunya.” Lama-kelamaan aku mulai bosan. Tidak bersemangat mengingat masalah yang sedang meliputiku.
Kupilih berbaring di depan perpustakaan kami. Kukeluarkan mushhafku dari dalam tas dan menaruh di atas tas. Akhirnya, aku berbaring di atas tubuhku bagian kanan, di atas tas di samping mushafku. Berusaha terlelap meski tidak lelap.
Adzan ashar berkumandang, aku masih berbaring sambil menjawab adzan. Setelah itu aku bangun dan kembali turun ke lantai satu, ingin wudhu.
Aku masuk ke tempat wudhu (khusus wanita) dengan langkah yang lunglai. Di dalam tempat wudhu yang sangat luas itu susana sepi, tidak cukup lima orang wanita di sana. Mahasiswi-mahasiswi mungkin masih ada di jalan dari fakultas mereka masing-masing. Sebentar lagi tempat wudhu ini akan penuh. Bahkan berdesakan, subhanaLLAH, kadang aku kagum dengan semangat mahasiswi di kampusku untuk shalat di awal waktu.
Seperti biasa, aku ke WC dulu sebelum wudhu, tidak perlu antri seperti shalat duhur tadi. Setelah itu, aku kembali naik ke lantai tiga. Setelah shalat, kembali ke tempat tadi, duduk, dan membaca dzikir petang. Setelah membaca dzikir petang, hatiku masih belum tenang. Kulanjutkan dengan tadarrus.
“...Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Qs. ar-Ra’d :28)
Setelah itu, aku rasa aku belum mau pulang, masih ingin berlama-lama di mesjid. Aku sungguh-sungguh merasa seakan ada beban berat yang menindih pundakku.
Kuputar jus 30 di MP3-ku. Ingin muroja’ah hapalan, begitu niatku. Kudengarkan sambil membaca terjemahannya. Sunggu membuatku bergetar. Sedih. Rindu. Takut. Semuanya bercampur begitu saja.
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
Tentang berita yang besar, yang mereka perselisihkan tentang ini.
Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui, kemudian sekali-kali tidak;
kelak mereka mengetahui.
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
dan gunung-gunung sebagai pasak?,
dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan,
dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,
dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,
dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,
dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh,
dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari),
dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun-kebun yang lebat?
Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan,
yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok, dan dibukalah langit,
maka terdapatlah beberapa pintu,
dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.
Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya,
mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pambalasan yang setimpal.
Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab,
dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh- sungguhnya.
Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab.
Karena itu rasakanlah.
Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab.
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan,
(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta.
Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak, Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah.
Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf- shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah;
dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi.
Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya;
dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah." (Qs. an-Nabaa’ : 1-40)
Ketika sampai kepada surah at-Takwir, aku tidak bisa menahan air mataku, tumpah begitu saja. Sungguh, aku merasa selama ini telah jauh dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala, terlalu banyak rutinitas hingga tadarrus cuma beberapa halaman saja tiap harinya.
“Apabila matahari digulung,
dan apabila bintang-bintang berjatuhan,
dan apabila gunung-gunung dihancurkan,
dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan)
dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan,
dan apabila lautan dijadikan meluap
dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)
dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
karena dosa apakah dia dibunuh,
dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka,
dan apabila langit dilenyapkan,
dan apabila neraka Jahim dinyalakan,
dan apabila syurga didekatkan,
maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang,
yang beredar dan terbenam,
demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya,
dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing,
sesungguhnya Al Qur'aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril),
yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy,
yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila.
Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.
Dan dia (Muhammad) bukanlah orang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib.
Dan Al Qur'an itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk,
maka ke manakah kamu akan pergi?
Al Qur'an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam,
(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. (Qs. at-Takwir: 1-29)
Sudah lama tak menangis seperti ini. Ya, ALLAH, betapa lalai diriku..., kubaca terus tanpa mempedulikan waktu. Aku mulai tenang. Pikiranku terus melayang pada ayat-ayat yang kubaca. Tak terasa, setengah jam lagi adzan magrib, kuputuskan pulang. Dan alhamduliLLAH, hari itu, ketika sampai di rumah, segala masalahku terselesaikan. Aku bersyukur kepada ALLAH Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikanku kelapangan. Aku tidak menyangka akan semudah ini...
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”  (Qs. Alam Nasyrah: 5)
Ya, ALLAH, ampuni hamba yang selalu lalai ini...
Semoga bermanfaat Teman, waLLAHU a’lam...

0 komentar: