LELAH, TUBUH DAN RUHIYAH TERGADAI

10 Jun 2011

Kamis, 09 Juni 2011
Sempat kuutak-atik facebookku tadi siang. Ingin melihat, postingan apa saja yang tertempel di dindingku. Mumpung jaringan internet lagi connect, kumanfaatkan sebisaku sekaligus berda'wah dengan mempromosikan entri-entri baru dari blogku.


Ketika ku klik profilku, aku melihat ada judul yang agak menggelitik "Aku Ingin Cuti Da'wah" dari  . Kubuka dan kubaca sebagian, sangat menarik, lalu cepat-cepat kusave di dokumentku. Memanfaatkan waktu ketika browsing, itulah yang dikatakan salah seorang guru SMP-ku.

Malam ini, aku kembali membuka dokumentku. Ingin melihat, apa saja yang
kuambil dari internet tadi siang, banyak, kubuka semuanya. Terakhir, kubaca lanjutan artikel tadi, dan tak bisa kutahan air mata ini. Menetes begitu saja ketika membaca kata demi kata di dalam artikel itu bahkan ketika kutulis entri ini. “Itulah aku, ya, aku juga mengalaminya.”

Futur yang menyeramkan telah melemahkan aku, tubuhku, ruhiyahku, da’wahku, semuanya...

Tak seorang pun bisa menjamin tidak akan terjangkiti virus ini, seorang ulama kondang sekalipun.

Aku mungkin sibuk dalam kegiatan da’wah, baik di organisasi atau membuat lembaran-lembaran da’wah yang kubagi-bagikan pada teman-teman atas inisiatif sendiri. Aku juga sibuk dengan tugas kuliah yang semakin hari semakin menumpuk saja. Aku juga sibuk dengan salah satu hal yang harus kulakukan agar aku bisa menghadiri majelis ilmu tiap pekannya tanpa harus meminta ongkos kepada orang tua, aku menerima ketikan dan print (yah, jadilah aku melakukan banyak pekerjaan mulai dari menjual jilbab, stiker, dan sebagainya. Itu semata-mata agar bisa beli jilbab sendiri, buku sendiri, dan yang terpenting bisa ikut majelis ilmu tiap pekannya dan ikut seminar-seminar Islami tanpa harus meminta kepada orang tua sekaligus dapat bersedekah dengan uang sendiri, aku yakin kan ada ganti yang lebih baik dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala). Semuanya menyibukkanku. Sangat menyibukkanku.

Aku sering sekali sampai di rumah saat ashar, magrib, bahkan singgah shalat magrib di mesjid di pertengahan jalan.

Saat sampai di rumah, darahku seperti habis, aku lelah, sangat lelah. Bahkan kadang-kadang aku tertidur di sore hari karena tidak bisa menahan kantuk yang membuat tubuhku jatuh lemas. Aku pun melalaikan dzikir petangku. Malamnya aku harus mengerjakan ketikan yang akan diambil besoknya.

Aku pernah mengetik sampai jam 3 pagi, sangat melelahkan. Aku melalaikan shalat Lail-ku, membuatku sangat sedih, tahukah aku sedang menangis saat ini? Di pagi hari, aku kurang tidur (sebelumnya sudah tidak pernah tidur pagi), setelah shalat subuh, membaca wirid sehabis shalat, aku pun kembali tidur, tidak mengaji dan dzikir pagi yang biasa kulakukan. Aku sungguh tidak berdaya, tubuhku diliputi dingin dan kepalaku berat, badanku pun lemas. Aku benar-benar lelah hari itu.

Berikutnya, aku tidak lagi begadang sampai jam 3. Karena aku terlalu banyak merugi, tidak mau tidur pagi lagi...

Aku tahu, sekarang tubuhku tak sekuat dulu untuk menahan penyakit dari luar sejak amandelku rusak. Aku mudah lelah. Aku gampang sakit. Dadaku sering sesak. Jantungku kadang seperti tertusuk benda tajam tiba-tiba, tanpa mengenal waktu.

Saat dalam keadaan lemas, kadang banyak saudari yang minta dicarikan ini dan itu, minta nasehat, entah dari teman-teman di kampus atau yang lainnya. Aku tidak mungkin menolak karena itulah salah satu penghidup hatiku yang mulai redup.

Di kampus, aku terkadang sangat lelah dengan semua kegiatan da’wah yang menguras tenaga. Belum lagi jika harus mengajak teman-teman untuk mendatangi majelis, sangat susah. Kadang sesak napasku kambuh tanpa kuberi tahu pada saudari seperjuangan. Aku tidak ingin terlihat lemah di hadapan saudari-saudariku, karena itu bisa membuat mereka khawatir dan aku tidak suka orang mengkhawatirkanku...

Pernah ingin berhenti dari da’wah ini. Cukup dengan tarbiyah saja, begitu pikirku. Tanpa aku, Islam akan tegak kembali sebagaimana disebutkan di dalam hadits. Tapi apakah aku tidak mau menjadi salah satu pejuang yang berperan dalam tegaknya Islam itu?

Pantaskah aku mengeluh?

Padahal dulu banyak Shahabat Radhiallahu 'Anhu yang merasakan siksa yang lebih pedih, kelelahan yang tak habis, kehilangan yang tragis, dan segala macamnya yang mungkin tak ‘kan sanggup ku tanggung, dan bukankah mereka tidak mengeluh?

Ya, ALLAH, aku begitu rindu shalat Lail-ku. Aku rindu dzikir pagi-petangku. Aku rindu, aku rindu, aku rindu semuanya...

Insya ALLAH, mulai hari ini ingin kutata lagi diri ini. Banyak-banyak tadarrus, banyak-banyak berdzikir, banyak-banyak belajar, dan banyak-banyak muhasabah...

Susah memang, do’akan aku semoga ALLAH Subhanahu wa Ta'ala menguatkan pijakan langkahku.

Dan tak akan kutinggalkan jalan da’wah ini, sampai titik darah penghabisan, insya ALLAH...

Semoga bermanfaat Teman, waLLAHU a’lam...

1 komentar:

Grosir Mukena mengatakan...

Salam Ukhuwah..