Selasa, 06 September 2011
Ini adalah cerita yang singkat, tapi semoga bisa menyinggung hati-hati kita yang gersang….
Suatu hari di suatu siang saat aku masih SMA kelas dua, aku berada di dalam sebuah mesjid kecil berwarna hijau yang terletak di perbukitan yang indah bersama teman-temanku juga seorang anak kecil, Shofiyyah namanya. Umurnya waktu itu dua tahun lebih. Shofiyyah sebenarnya baru sembuh dari sakit ringan, aku lupa Shofiyyah sakit apa. Aku mulai berbincang-bincang dengannya yang sedang duduk di atas karpet-karpet mesjid yang tergulung rapi.
“Shofi sudah sembuh, Dek?”
“Iya.”
“Siapa yang menyembuhkan Shofi?”
Dengan lugunya ia menjawab, “ALLAH!!!”
Seketika aku merasa tertekan, tertindih oleh jawaban yang dahsyat itu, ‘ALLAH!!!’, begitu ia menjawab. Jawaban yang sampai hari ini masih membuatku melayang-layang, betapa syahdunya jawaban si kecil Shofiyyah yang berusia dua tahun lebih, ‘ALLAH!!!’….
Di hari lain tidak jauh dari hari kejadian di atas, aku berada di rumah Shofiyyah.
“Shofiyyah habis sakit, Hola,” begitu kata Ummu Shofiyyah.
“Siapa yang sembuhkan Shofi, obat puyernya yah?” tanya Ummu Shofiyyah kepada anaknya.
“ALLAH!!!” kata Shofiyyah dengan raut muka tidak setuju kalau puyer yang menyembuhkannya.
“Ah, obat puyernya mungkin???” tanya Ummu Shofiyyah bercanda.
“ALLAH, Ummy! ALLAH!!!” kata Shofiyyah dengan marah sambil memukul ibunya.
SubhanaLLAH, betapa kuat aqidah anak berumur dua tahun lebih ini, ya? Jauh lebih bagus aqidahnya dari pada orang-orang Islam yang berumur puluhan tahun yang mengaharapkan kesembuhan dari dukun atau dari kuburan orang-orang suci menurut mereka. Atau mungkin dari jimat-jimat yang dipasangkan di pintu-pintu rumah mereka, di tubuh bayi-bayi mereka, di kamar-kamar mereka, di tempat-tempat uang mereka…, na’udzubiLLAH min dzalik….
Semoga bermanfaat, waLLAHU a’lam...
0 komentar:
Posting Komentar