SEORANG BERCADAR TURUN KE SELOKAN JALAN BESAR MEMUNGUT SAMPAH

20 Mei 2011

Jum’at, 29 April – 17 Mei 2011
Pernahkah kalian melihat seorang wanita bercadar? Apakah kalian pernah memperhatikannya? Kata apa yang timbul di kepala kalian ketika melihat mereka? Aneh? Misterius? Kuno? Tidak keren? Atau... Teroris?

Itu terserah kalian yang penting aku harap kalian bisa membaca tulisanku kali ini. Kemarin aku ke sebuah ta’lim di belakang kampusku. Ta’limnya diadakan oleh salah satu Lembaga Da’wah Kampus (LDK). Dan ingin kuperkenalkan seseorang pada kalian dan aku mengagumi dan mencintainya sungguh-sungguh karena ALLAH Subhanahu wa Ta'ala. Aku tidak perlu menyebut namanya, tapi dia adalah seorang bercadar. Dia bercadar sejak kuliah dan dia dulunya anak Farmasi sekarang sudah memiliki sebuah apotek.

Tahukah kalian? Dia wanita biasa, tapi? Girohnya untuk berda’wah?
SubhanaLLAH..., dia memanfaatkan setiap waktu dan kesempatannya untuk berda’wah. Kepada keluarga, teman-teman, dan bahkan orang-orang yang tidak dikenalinya.

Ada satu hal yang kadang-kadang membuat hatiku terluka, teriris begitu dalam, dan bahkan membuat detak jantungku kian cepat, yaitu ketika aku melihat seseorang membuang sampah di sembarang tempat. Perasaan ini sebenarnya kuadopsi sejak duduk di bangku SMP dulu, sekolahku sangat bersih dan mencintai kebersihan. Hukuman akan langsung dijatukan bagi siswa yang membuang samaph di sembarang tempat. Hasilnya, sekolahku menjadi sekolah sehat senasional, hebatkan? Kukira perasaan ini hanya dirasakan olehku saja, tetapi ada akhwat yang ternyata memperhatikannya begitu dalam, dia.

Sampah, ia begitu memperhatikan soal sampah, ia berkata begini,

Ada sesuatu yang kadang-kadang membuatku marah, yaitu soal sampah. Betapa sakit hatiku ketika melihat seseorang membuang sampah bukan di tempat sampah. Kita di bumi diamanahkan sebagai khalifah, merawat bumi, bukan malah melakukan kerusakan.

Pernah suatu ketika, aku berada di dalam sebuah angkutan umum di depan sebuah kampus. Dua orang remaja perempuan hendak naik ke angkutan umum yang sama. Mereka memegang gelas plastik. Tapi..., salah satunya membuang gelas plastik itu ke jalan. Aku mulai tidak terima saat itu, tapi kudiamkan. Ketika mereka berdua naik ke angkutan umum, yang satunya juga membuang gelas plastiknya keluar jendela dan itu sudah tidak bisa kudiamkan lagi, aku langsung menegur mereka.

”Adek, saya ini alumni di universitas kalian dan saya juga alumni fakultas kalian (setelah mengobrol dengan mereka). Adek, lain kali jika ingin membuang sampah, tolong di tempat sampah.........”

Dan tahu apa yang dikatakan oleh mereka ketika ingin turun? ‘Terimakasih, Kak, atas nasihatnya.”

Bukan kah semangat da’wah akhwat ini patut diacungi jempol? Mungkin sampah adalah hal yang kecil, tapi sebenarnya sangat berpengaruh.

Sekali lagi dia bercerita,

Ketika aku berada di apotekku, aku sedang duduk melakukan sesuatu dan dua orang ikhwah, tidak isbal (menaikkan kainnya di atas mata kaki) masuk ke apotekku ingin membeli sesuatu. Mereka duduk, keduanya mengambil minuman di kulkas minuman di apotekku. Sejenak mereka duduk sambil minum, setelah itu mereka pergi.

”Kak, coba lihat,” kata akhwat yang juga berada di apotekku. Ternyata ia menunjukkan kotak bekas minum dua ikhwah tadi.

Aku betul-betul merasa kesal melihat mereka. Rasanya ingin aku katakan di depan mereka, “Kalian ini ikhwah apa, masa’ buang sampah bukan di tempatnya?”

Lalu, dia bercerita lagi dengan cerita yang lain,

Pernah, aku sedang berada di angkutan kota, tiba-tiba lewat di samping mobil yang aku naiki sepasang akhwat dan ikhwah naik motor. Lalu semua kendaraan berhenti karena lampu merah. Kalian tahu apa yang aku lihat?

Akhwat tadi tiba-tiba mengeluarkan sampah dari dalam jilbabnya dan membuangnya ke jalan. Aku betul-betul merasa marah. Ini sungguh mengecewakan. Jika saja waktu itu aku tidak buru-buru, aku ingin turun dari angkutan dan menegur akhwat itu.

Apa coba yang akan dikatakan oleh orang lain yang melihat kejadian itu? Seorang wanita Muslimah yang berjilbab membuang sampah di jalan?

Wah, siapa di antara kita yang bisa melakukan itu? sungguh, semangat da’wah yang menyala-nyala. Ceritanya tak hanya sampai di situ...

Kejadiannya di angkutan kota lagi. Di depanku ada seorang wanita setengah baya yang sangat kukenal dan kukagumi. Beliau alumni dari Mesir (seingat penulis) dan segala macam gelar yang mengagumkan melekat padanya. Tetapi? Kekagumanku seketika hilang ketika melihat beliau membuang sampahnya di lantai mobil angkutan. Sungguh, jika aku tidak menghormati beliau, aku akan menegurnya.

Masya ALLAH, sungguh mengagumkan...

Lain lagi dengan kisah yang satu ini..., membuatku terpesona...

Waktu itu aku berjalan di pinggir jalan raya bersama adikku yang masih kecil yang sedang memakan es, aku sudah memakai cadar. Setelah esnya habis, ia buang pembungkusnya di selokan jalan raya. Aku, seorang kakak yang ingin menyampaikan da’wahku kepada adikku lantas menyuruh adikku mengambil sampahnya tadi. Aku menemaninya turun ke selokan.

”Kak, kenapa kita harus turun ke selokan?” begitu tanya adikku padaku.

Aku tidak peduli setiap mata yang memandangku, aku tidak peduli orang heran mengapa ada wanita bercadar yang turun ke selokan. Aku tidak peduli. Yang aku pikirkan hanya satu, agar da’wah itu sampai kepada adikku, titik.

Begitulah kisah-kisah mengagumkan yang dituturkan oleh akhwat tadi. Semoga menjadi pelajaran penting bagi kita semua agar kita tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sampah mungkin hal kecil, tapi bisa menjadi masalah besar.... Banjir? Pencemaran udara? Penyebab penyakit? Pemanasan global?

Semoga bermanfaat Teman, waLLAHU a’lam...

3 komentar:

aqu mengatakan...

Semuanya berawal dari hal-hal yang kecil....
syukran telah menyadarkan kami ...

raini ahmad mengatakan...

masya allah, memang akidah dan akhlak itu musti beriringan, peduli sampah itu salah satu akhlak yg mulia

raini ahmad mengatakan...

masya allah, memang akidah dan akhlak itu musti beriringan, peduli sampah itu salah satu akhlak yg mulia