1 JUTA RUPIAH UNTUK NONTON JUSTIN BIEBER? WAH???

26 Apr 2011


Sabtu, 24 April 2011
1 Juta Rupiah? Bukankah itu uang yang cukup banyak? Bayangkan jika kita punya pulsa 1 juta untuk sms da’wah dan menyambung silaturrahim? Bayangkan jika kita mentraktir saudari-saudari kita dengan uang 1 juta? Bayangkan berapa buku yang bisa kita beli dengan 1 juta? Bayangkan jika kita membagi kepada sepuluh orang tidak mampu dengan uang 1 juta? Bayangkan berapa mukenah yang bisa kita sumbangkan ke mesjid dengan 1 juta? Bayangkan berapa jilbab yang bisa kita hadiahkan kepada saudari kita dengan 1 juta? Wah? Ternyata uang 1 juta itu bisa digunakan untuk banyak beramal, yah?

Lalu? Apa masalahnya? Bermasalah? Tentu saja?

Bayangkan Teman,
ratusan teman kita di luar sana mengeluarkan uang 1 juta untuk menonton konser si Fenomenal Justin Bieber. Bukankah ini masalah?

Betapa banyak orang miskin di sekeliling kita.
Betapa banyak Muslimah yang tak berjilbab di sekitar kita.
Betapa banyak mesjid yang tak memiliki mukenah.
Betapa banyak ilmu yang ada di buku-buku yang terpajang di toko.
Betapa menyenangkan jika bisa memberi makan orang lain.

Uang 1 juta bisa membuat orang-orang miskin bisa merasakan makan enak hari ini, cukup utuk membelikan jilbab saudari-saudari Muslimah kita agar mereka tertarik berjilbab, cukup untuk menjadi amal jariyah (amalan yang pahalanya terus-menerus mengalir meski kita telah meninggal dunia) dengan membeli mukenah untuk mesjid, cukup membeli 1 rak buku, dan banyak lagi hal-hal yang bermanfaat lainnya.

Nah, uang 1 juta sebagai harga tiket si Fenomenal Justin Bieber bahkan mengalahkan itu semua. Teman-teman kita rela berdesak-desakan untuk mengantri membeli tiket itu dan menonton konsernya. Bukankah ini sebuah kerugian besar? Yang lebih banyak mengidolakan si Fenomenal Justin Bieber adalah para Muslimah. Bukankah ini adalah fenomena yang mengiris hati-hati kita sebagai Muslim? Tidakkah kita sedih mendengar kenyataan ini? Seharusnya para Muslimah sudah harus berada di rumahnya ketika malam hari tiba. Tapi? Lihatlah, mereka rela berlelah-lelah untuk menonton si Fenomenal Justin Bieber. Masya ALLAH, bagaimana umat Islam tidak mengalami kemunduran seperti sekarang ini?

Coba pikirkan...

Harta-harta mereka sudah bukan untuk agamanya.

Idola-idola mereka ternyata adalah orang-orang nonMuslim dan para penghibur, padahal seharusnya yang mereka idolakan adalah RasuluLLAH Shallallahu 'Alayhi wa Sallam.

Pikiran mereka hanya tertuju kepada kenikmatan-kenikmatan dunia tanpa memikirkan apakah mereka akan menyentuh surga di akhirat kelak.

Aurat-aurat mereka bahkan berceceran di sana-sini.

Shalat wajib menjadi amalan yang dilakukan hanya ketika susah dan sedih.

Puasa hanya mereka lakukan untuk menurunkan berat badan.

Mereka menutup aurat hanya ketika pergi ke pengajian dan shalat.

Bersedekah hanya untuk dilihat orang lain.

Menolong orang lain dan berharap pamrih.

Mereka menyentuh al-Quran hanya di bulan Ramadhon, itu pun hanya sekali dua kali lalu ditinggalkannya al-Quran itu usang dan berdebu di dalam lemari.

Para lelaki Muslim ke mesjid hanya ketika bulan Ramadhon, itu pun hanya shalat tarawih lalu shalat wajib ditinggalkannya untuk urusan dunia.

Merasa budaya barat lebih baik dari pada syari’at agamanya.

Lebih memilih ke Paris di banding naik haji.

Lebih senang baca novel daripada al-Quran, al-Hadits, siroh, dan atsar para sahabat.

Bahkan lelaki Muslim banyak yang mengabaikan shalat Jum’at yang diwajibkan bagi mereka.

Para Muslim banyak yang sangat mencintai orang-orang nonMuslim lalu ia membenci saudara-saudarinya se-aqidah.

Inilah fenomena yang harusnya paling Fenomenal sekarang ini. Yang harus kita perhatikan di setiap gerak-gerik kita. Bukan Justin Bieber ataupun Norman Kamaru.

Ya Ukhti, ya Akhi...

Di manakah letak kecintaan kita pada agama kita sekarang?

Di manakah letak kerinduan kita bertemu ALLAH Subhanahu wa Ta'ala sekarang?

Di manakah letak aqidah kita sekarang?

Mengapa banyak dari kita yang masa bodoh dengan al-Quran dan Sunnah?

Bahkan kita mengabaikannya untuk kepentingan dunia...

Lalu, di mana kau tempatkan penghambaanmu kepada Tuhanmu sekarang? Jauh di sudut hatimu, di tempat yang gelap dan berdebu? Di sebuah kotak di hatimu yang akan kau buka nanti jika kau merasa sedih dan kesulitan? Atau tidak ada tempat lagi karena hatimu telah penuh dengan angan-angan dan iming-iming dunia?

Masya ALLAH, Akhi..., Ukhti...

Berilah tempat yang lapang untuk berilmu di ruang-ruang hatimu yang telah penuh sesak...

Maka buanglah hal-hal yang tak lagi penting untuk dunia dan akhiratmu...

“musik?”, “pacaran?”, “pakaian yang banyak dan mewah?”, “membuang-buang waktu untuk berbasa-basi dengan lawan jenis?” dan banyak lagi hal lainnya.

Sekarang, ayo kita tata hidup ini. Tarbiyah, ibadah, da’wah, kuliah, sekolah, kerja, keluarga, dan banyak lagi yang lebih penting lainnya.

Bukankah jika ditanya ingin ke surga atau neraka maka kita memilih surga? Hanya orang-orang tak berakal tentunya yang memilih neraka. Jika engkau tanya seorang pencuri, pembunuh, koruptor, penipu, niscaya akan mereka jawab surga sebagai pilihannya. Karena surga itu indah dan tempat bersenang-senang.

Semoga ALLH Subhanahu wa Ta'ala mempertemukan kita di surganya kelak yah? Surga tertinggi, surga Firdaus namanya. Dan tidak mungkin ada satu pun orang yang bisa menjamin dirinya masuk surga. Maka mengapa kita tidak mempesiapkan segalanya??? Semoga kita adalah salah satu calon penghuni surga yang tidak perlu tersentuh neraka dulu sebelum memasukinya...

Amiin...

Wahai Ukhti, Akhi... sungguh aku mencintai kalian semua karena ALLAH Subhanahu wa Ta'ala...

WaLLAHU a’lam...

0 komentar: